Monday, October 1, 2007

MATERI TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Bagian 1
Bahan Bangunan Hidrolis

A. Bahan Dasar dan Jenis Bahan Bangunan Hidrolis
1. Pengertian
a. Bahan pengikat hidrolis adalah bahan pengikat yang proses pengerasannya lebih baik dalam rendaman air, serta menghasilkan produk yang tahan air
b. Bahan pengikat biasa (non-hidrolis) adalah bahan pengikat yang bila dicampur dengan air menghasilkan produk yang dapat mengeras setelah bereaksi dengan karbondioksida, bukan dengan air.
2. Jenis-jenis Bahan Pengikat
a. Bahan Pengikat Hidrolis
1. Semen Portland (PC)
2. Kapur Hidrolis
3. Pozolan (tras dan semen merah)
b. Bahan Pengikat Biasa
1. Kapur Biasa
2. Gips
3. Bahan Dasar dan Sumber dari bahan pengikat
a. Semen Portland (PC) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker, yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu
b. Kapur bangunan dibagi 2 macam berdasarkan penggunaan, yaitu kapur putih dan kapur aduk. Keduanya terdapat dalam bentuk kapur tohor maupun kapur padam
c. Gips untuk bahan plesteran adalah bahan untuk membuat plesteran atau pelapis lainnya yang harus mengandung minimum 66 % berat bahan senyawa kalsium hemihidrat ( CaSO4. ½H2O) salah satu produk yang dikenal adalah papan gipsum (Gypsum Wall Board) untuk keperluan dekoratif
d. Pozolan (tras dan semen merah) adalah bahan alami ataupun buatan yang terdiri dari unsur silikat dan aluminat yang reaktif. Pozolan tidak memiliki sifat semen, tetapi jika dicampur dengan kapur padam dan air dalam suhu kamar lama-kelamaan akan mengeras menjadi padat dan sukar larut dalam air. Bahan-bahan yang tergolong sebagai pozolan adalah tras, semen merah, gilingan terak/dapur tinggi, fly ash dan air sebagai media pengikat untuk keperluan beton.

B. Proses Pembuatan dari Bahan Pengikat
a. Semen Portland (SP)
Yaitu tanah galuh (lem nepal) dihaluskan + batu kapur dicampurkan secara kering atau basah kemudian ditambah pula zat-zat tambahan airnya, kemudian dibakar pada temperatur tinggi, didinginkan mendadak, diperoleh klinker yang digiling halus sambil dicampur dengan gips yang tak terbakar
b. Kapur Bangunan
Proses pembuatannya dengan cara pembakaran dengan menggunakan tungku pembakaran pada suuhu 6000C – 8000C panasnya harus terbagi rata diseluruh bagian tungku agar mendapatkan hasil batu kapur yang baik
c. Gips, cara pembuatannya adalah dengan cara dibakar dengan menggunakan dapur atau tungku dengan panas suhu 1300C selama 1 jam sehingga kehilangan sebagian kristalnya
d. Pozollan, cara pembuatannya adalah hasil pembakaran tanah liat merah atau pecahan-pecahan batu merah atau genteng yang setelah digiling diayak sampai halus dan dipergunakan sebagai bahan campuran pada campuran adukan kapur yang menjadi adukan bersifat hirolis

C. Sifat-sifat dan Fungsi Bahan Pengikat
1. Semen Portland
- Dicampur dengan air mulai mengadakan pengikatan dalam rendaman air
- Pengerasan, setelah pengikatan terjadi pengerasan
- Konsistensi campuran air + semen (pasta semen) = derajat keplastisan
- Kehalusan, semakin halus semen, semakin besar kekuatan, semakin tinggi gaya ikatnya
2. Kapur Bangunan
- Memberikan sifat pengerasan hidrolik bila dicampur air untuk kapur hidrolis. Pada kapur udara mengerasnya kapur setelah bereaksi dengan karbon dioksida, bukan dengan air
- Memudahkan pengolahan pada adukan (mortar) semen
- Mengikat kapur bebas, yang timbul pada ikatan semen
3. Gips
- Gips bila dicampur dengan air akan cepat mengeras, tidak kuat terhadap iklim
- Gips tidak larut dalam asam garam
- Dalam pembakaran, dapur pembakaran harus betul-betul bersih dari benda-benda lainnya
4. Pozollan
- Bila dicampur dengan air akan mengeras dengan bahan tambahan kapur dalam rendaman air
- Dapat larut dalam asam garam

D. Klasifikasi Bahan Pengikat menurut PUBI-1982
1. Semen Portland (SP) terbagi dalam 5 jenis :
Tipe
Kegunaan
I
II

III

IV

V
Untuk keperluan umum tanpa persyaratan tertentu
Untuk keperluan umum terutama dengan syarat untuk yang agak tahan sulfat dan panas hidrasi yang sedang
Untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi
Untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah
Untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat
2. Semen Portland untuk pemakaian bahan bangunan harus memenuhi syarat kimia dan fisik
Tabel 1 : Syarat-syarat Kimia Semen Portland Standar
Jenis Semen Portland Uraian I, II, III, IV, V
1. Magnesium oksida, Mg O maksimum % berat
2. Belerang trioksida, SO3, maksimum % berat :
bila C3 A 8%
bila C3 A 8%
3. Hilang pijar maksimum % berat
4. Bagian tidak larut, maksimum % berat
5. Alkali sebagai Na2O, maksimum % berat
6. Trikalsium silikat, C3S minimum berat %
7. Dikalsium silikat,C2 S,minimum berat %
8. Trikalsium aluminat,C3A,maksimum erat %
9. aluminoferit ditambah 2X trikalsium aluminat (C4AF + 2C3A) atau kadar larutan padat ( C4AF + C2F) maksimum % berat
10. Jumlah trikaksium silikat dan trikalsium aluminat (C3S + C3 A) maksimum % berat
5,0



3,0
3,5
3,0
1,5
0,6
--
-
--

-

-

5,0



3,0
-
3,0
1,5
0,6
-
-
8

-



58
5,0



3,5
4,5
3,0
1,5
0,6
-
-
15

-

-


5,0



2,3
-
2,5
1,5
0,6
35
40
7

-

-


5,0



2,3
-
3,0
1,5
0,6
-
-
5

20

-




Tabel 2 : Syarat-syarat Fisik Semen Portland Standar
Jenis Semen Portland Uraian
I
II
III
IV
V
1. Kehalusan
Sisa diatas ayakan 0,09 mm makssimum % berat dengan alat Blaine, luas permukaan tiap satuan berat semen, minimum m /kg
2. Waktu pengikat dengan alat vikat
awal, minimum menit
akhir,makssimum jam
3. Waktu pengikat dengan alat Gillmore
awal, minimum menit
akhir, maksimum jam
4. Kekekalan
Permuian dalam atoklaf % maksimum, 0,8, 0,8, 0,8, 0,8 0,8
5. Kekuatan tekan, minimum kgt/cm untuk
umur uji;
1 hari
1 + 2 hari
1 + 6 hari
1 + 27 hari
6. Pengikat semen (false set)
Penetrasi akhir,% minimum
7. Panas hidrasi.maksimum kal/g
7 hari
28 hari
8. Pemuaian karena sulfat
14 hari,% maksimum

10

280



60
8



10





125
200


50
10

280



60
8



10





100
175


50

70
80
10

300



60
8



10




125
250



50
10

280



60
8



10






70
175

50

60
70
10

280



60
8



10





85
150
210

50




0,045
3. Jenis kapur bangunan terdiri dari :
- Kapur Tohor, yaitu hasil pembakaran batu alam yang komposisinya sebagian besar adalah kalsium karbonat, pada suhu sedemikian tinggi. Jika diberi air dapat terpadamkan (dapat bersenyawa dengan air membentuk hidrat)
- Kapur Padam, hasil pembakaran kapur tohor dengan air membentuk hidrat
- Kapur Udara, kapur padam yang apabila duaduk dengan air dan membentuk setelah beberapa waktu hanya dapat mengeras di udara karena pengikatan karbondioksida (CO2)
- Kapur Hidrolis, kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat menegras baik di dalam air maupun di udara
- Kapur Magnesia, kapur yang mengandung lebih dari 5 % magnesium oksida (MgO) dihitung dari contoh kapur yang dipijarkan
Syarat-syarat mutu kapur untuk bangunan.
Tabel 3 : Kapur Tohor

Kelas I
Kelas II
1. Kehalusan : sisa maksimum di atas ayakan : maksimum % berat
4,75 mm
1,18 mm
0,85 mm
2. Ketetapan bentuk
3. CaO + MgO aktif (setelah dikoreksi dengan SO3)
CO2 maksimum, % berat


-
0
5
tidak retak
90
6


0
-
10
tidak retak
85
6
Tabel 4 : Kapur Padam

Kelas I
Kelas II
1. Kehalusan : sisa makanan di atas ayakan : maksimum % berat
6,7 mm
4, 75 mm
0,85 mm
0,106 mm
2. CaO + MgO aktif (setelah dikoreksi dengan SO3)
CO2
Sisa tidak larut, maksimum % berat
3. Ketetapan bentuk
4. Kadar air, maksimum % berat


0
0
0
15
65
6
1
tidak retak
15


0
5


65
6
3
tidak retak
15
4. Gips untuk plesteran memiliki syarat sebagai berikut :
- Kandungan senyawa pengganggu (impurities), seperti fluor (F), P2O5, Al dalam penentuan melalui metode larutan amonium asetat tidak melebihi 10 % berat
- Kandungan khlorida dalam bentuk natrium khlorida tidak boleh lebih dari 0,2 % berat
- Kehalusan, bila diayak dengan ayakan 25 mest, yang tertinggal diatas ayakan tidak boleh lebih dari 1 % berat
- Kekuatan tekan ( ) benda uji tidak boleh kurang dari 80 kg/cm2
- Waktu pengikatan awal antara 20 – 35 menit
5. Pozolan memiliki syarat sebagai berikut :
Tabel 5 : Perbandingan Pozollan

Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
1. Kadar air bebas dalam % berat pada 1100C
2. Kehalusan, seluruhnya harus dilewatkan ayakan 2,5 mm sisa di atas ayakan 0,21 mm dalam % berat
3. Waktu pengikatan dinyatakan dalam kelipatan dari 24 jam maksimum
4. Keteguhan aduk pada 14 hari dalam kgf/cm2.
- Kuat Tekan
- Kuat Tarik
6

10


1




100
16
6 – 8

10 – 30


2




100 - 75
8 – 10

30 – 50


3




75 – 50
12

E. Cara-cara Menyimpan Bahan Pengikat
Semen Portland bersifat cepat menarik air (higroskopik) termasuk dari udara
- Disimpan di tempat yang kering
- Tidak langsung diatas tanah yang lembab
- Diatas lantai diberi lapisan papan
- Dalam ruangan yang tidak bocor
Kapur Bangunan yang berupa kapur yang telah dibakar/kapur hidup
- Di simpan di ruangan yang tidak bocor ataupun lembab
- Diatas lantai perlu dilapis papan atau bambu serta diberi lapisan kapur mati setebal 15 – 20 cm, kemudian diatasnya ditumpukkan batu-batu kapur hidup yang belum disiram, dan seluruhnya disiram dengan kapur mati agar celah-celah batu dapat terisi. Semua itu akan mencegah penyerapan air dari udara lembab
Gips
- Di tempat yang kering dan rapat dari udara
Pozolan
- Di tempat yang kering dan terlindung dari kelembaban
- Tempat yang tidak mudah kena air
Bagian 2
Beton sebagai Bahan Bangunan

A. Bahan Beton
1. Agregat sebagaia bahan pengisi beton, berdasarkan ukuran menjadi :
· Agregat Kasar berupa kerikil/batu pecah ukuran < 4,8 mm, tertahan pada saringan nomor 4.
· Agregat Halus berupa pasir alam atau pair buatan dengan ukuran < 4,8 mm dan dapat lolos dari saringan nomor 4
· Syarat Muutu menurut SII (Standar industri Indonesia)
a. Agregat Halus
- Susunan besar butir mempunyai Modulus kehalusan antara 1,50– 3,80
- Kadar lumpur atau butir yang lebih kecil dari 50 mikron maksimum 5 %
- Kadar organik ditentukan dengan larutan Natrium Hidroksida 3 %, jika dibandingkan dengan warna standar tidak lebih tua dari warna standar
- Kekerasan Butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka, tidak boleh lebih dari 2,20
- Sifat kekal agregat ringan, diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
- Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
- Jika memakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 15 %
b. Agregat Kasar
- Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 – 7,10
- Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5 %
- Kadar lumpur atau butir yang lebih kecil dari 70 mikron maksimum 1 %
- Kekerasan butir ditentukan dengan bejana tekan Rudolf, bagian yang hancur menembus ayakan 2 mm, sebagai berikut :
a. Fraksi butir 30 – 19,2 mm, maksimum 22 %
b. Fraksi butir 19,2 – 9,6 mm, maksimum 24 %
- Sifat Kekal, diuji dengan larutan jenuh garam sulfat adalah sebagai berikut :
a. Jika pakai natrium Sulfat, bagian yang hancur, maksimum 12 %
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur, maksimum 18 %
- Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat
- Tidak bersifat reaktif Alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini menggunakan semen yang akadar alkali Na O lebih besar dari 0,6 %
c. Agregat Halus + Agregat Kasar
- Agregat (halus + kasar) yang digunakan dalam campuran beton terdiri 60 % sampai 75 % dari volume total beton
- Sifat agregat sangat mempengaruhi mutu beton, oleh karena itu agregat harus diuji dulu untuk mengetahui sifat-sifatnya
- Agregat di Indonesia relatif murah, sehingga disarankan untuk digunakan sebanyak mungkin agar beton yang dihasilkan ekonomis Disamping itu dengan pemakaian banyak agregat dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton
- Ukuran besar butir agregat kasar maksimum untuk pembetonan tidak boleh melebihi :
- Bentuk butiran mempengaruhi pemakaian bahan pengikat. Bentuk agregat bersudut lebih banyak menggunakan bahan pengikat dibandingkan dengan agregat berbutir bulat
- Pemakaian pasir laut sebagai agregat halus, harus dengan petunjuk dari Instansi Pemeriksaan Bahan bangunan yang diakui
- Agregat yang digunakan untuk membuat campuran beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau volume untuk mutu beton f <> 18,5 Mpa atau > K.225
d. Agregat Ringan (agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat kurang lebih 1100 kg/m). Kelompok agregat ringan adalah :
- Agregat ringan buatan adalah agregat yang dibuat dengan membekahkan atau memanaskan bahan-bahan, seperti terak dari peleburan besi, tanah liat diatonit, abu terbang, tanah serpih, batu tulis dan lempung
- Agregat ringan alami adalah agregat yang diperoleh dari bahan-bahan alami seperti batu apung, batu letusan gunung
2. Semen (Lihat kembali Bagian 1 ; Bahan Pengikat Hidrolis)
3. Air
Air campuran beton berfungsi untuk melangsungkan proses hidrasi antara air dan semen. Yang diperlukan untuk proses hidrasi kira-kira 20 % dari berat semen.
Persyaratan air yang digunakan adalah :
- Air tawar yang bisa diminum, yang telah diolah atau yang belum diolah
- Air yang bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang merusak beton atau baja tulangan
- Air tidak boleh mengandung ion khlorida dalam jumlah yang membahayakan korosi, kadar khlorida dalam air tidak boleh melampaui 500 mg per liter
- Air yang keruh harus diendapkan minimal 24 jam atau disaring sehingga memnuhi syarat untuk digunakan
- Bila terdapat keragu-raguan terhadap pemakaian air, dianjurkan untuk diperiksa ke Lembaga- Pemeriksaaan Bahan-bahan yang diakui
Persyaratan air laut yang digunakan adalah :
Penggunaan air laut akan mengurangi kekuatan tekan beton sekitar 10 % - 20 %. Beton yang dibuat dengan air laut harus kedap air, penutup beton minimal 7,5 cm faktor air semen tidak boleh lebih dari 0,45. Air laut sama sekali tidak diizinkan untuk digunakan dalam pembuatan beton pratekan.
Persyaratan Jumlah Air.
Peningkatan jumlah air akan meningkatkan kemudahan pengerjaan dan pemadatan beton, tetapi akan merduksi kekuatan dan menimbulkan segregasi dan bleeding.
Segregasi = Pemisahan agregat kasar dari campuran beton saat pemadatan dan penuangan
Bleeding = Aliran air adukan beton yang timbul ke luar dari permukaan beton

4. Baja Tulangan,
Dimaksudkan untuk meningkatkn kekuatan beton saat menerima beban, materi ini akan dibahas secara khusus.
5. Bahan Tambahan
Bahan tambahan bisa berupa serbuk atau cairan berfungsi memperbaiki sifat beton sesuai dengan keadaan daerah pembuatan beton.
a. Jenis Bahan Tambahan
No.
Jenis
Maksud
Kegunaan
1
Air Entrainent
Menimbulkan gelembung udara secara tersebar merata pada beton (ukuran 0,25 – 1,00 mm)
Memperbaiki kemudahan pengerjaan beton
Mengurangi terjadinya bleeding
2
Water Reducer
Mengurangi jumlah air, memperkecil slump
Mendapatkan konsistensi tertentu
Meningkatkan tegangan tekan beton
3
Retarder
Memperlambat waktu pengikatan beton
Untuk menyesuaikan waktu pelaksanaan pembetonan
4
Accelerator
Mempercepat waktu pengikatan beton(dibatasi karena mengakibatkan korosi pada tulangan)
Dalam waktu relatif singkat kekuatan awal beton meningkat tinggi
5
Super Plasticizer
Meningkatkan kemudahan pengerjaan beton
Mengurangi kandungan air pada beton
Meningkatkan kekuatan beton
6
Pozzolan
(alam dan buatan)
Menurunkan suhu dalam beton
Panas hidrasi turun, mempermudah pekerjaan beton masif
7
Bonding
Menambahn sifat melekat
Untuk pekerjaan beton yang memerlukan kekuatan lekat, misalnya mengisi retakan
8
Expanding
Mengkonpensasi adanya susut dengan mengembangkan beton
Grouting
b. Persyaratan Penggunaan
· Sebelum penggunaan bahan tambah perlu diadakan percobaan di laboratorium atau di lapangan, untuk membuktikan bahwa bahan tambah bersangkutan betul-betul memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan
· Gunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasinya, bila di Indonesia belum ada standar penggunaannya bahan tambah, maka dapat menggunakan ASTM (American Strenght Test Material) dan BSI ( British Standard Institute) seperti ASTM C 494-82 dan BS 5075

B. Persiapan Pekerjaan Pembetonan
1. Pengadaan Bahan
a. Agregat
· Lokasi yang dekat dengan tempat mengaduk
· Dilindungi dari pencemaran bahan lain, apapun itu
· Agregat kasar dan halus disimpan terpisah dengan dasar miring dan keras untuk drainase, timbunan tidak berbentuk kerucut yang tinggi agar tidak terjadi pemisahan butir
· Agregat disediakan sesuai tahapan dan kebutuhan volumenya
· Mutu agregat seragam selama pengerjaan
· Penggunaan bak-bak bahan sangat dianjurkan agar mencegah terbawanya tanah bawah waktu pengambilan bahan
b. Semen
· Lokasi yang dekat dengan tempat mengaduk
· Semen harus dilindungi dari pengaruh air dan kelembaban yang berlebihan
· Semen disimpan di gudang sehingga dijamin tidak rusak
· Semen tiap jenis dikelompokkan untuk menghindari kekeliruan saat pengambilan
c. Penyimpanan Baja Tulangan
· Dekat dengan lokasi pemasangan penulangan
· Baja tulangan jangan disimpan dekat dengan tanah
· Penyimpanan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu panjang harus dicegah
· Tiap ukuran yang berbeda diberi tanda pengenal yang jelas, sehingga tertukar
d. Air
Tempat penyimpanan air untuk campuran beton harus sedekat mungkin dengan tempat pengadukan
e. Bahan Tambahan
Bahan tambahan harus terlindung dari cuaca dan pencemaran lingkungan
2. Pengadaan Peralatan
Kapasitas, jumlah dan jenis peralatan harus disesuaikan dengan volume pengecoran dalam kondisi siap pakai.
· Alat angkut (roda dorong, truck mixer, crane, dll)
· Alat Pengaduk /pencampur mekanis/beton molen
· Alat pemadatan/penggetar (vibrator)
· Alat pengendali mutu ; seperti slump cone, cetakan benda uji, hammer test, dll
· Alat penunjang seperti: timbangan, cangkul, terpal, sekop, ember, dll
3. Persiapan Tenaga
Kualifikasi tenaga kerja harus sesuai dengan volume dan jenis pekerjaan seperti ; pelaksana, mandor, buruh
4. Pemeriksaan Cetakan atau Acuan
· Acuan harus stabil, terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap. Dibuat dari bahan yang tidak mudah meresap air, cukup rapat, tidak terjadi. Agar air beton tidak terserap oleh acuan, maka acuan dapat dilapis dengan plastik atau bahan lain yang sejenis
· Acuan harus kaku dan menghasilkan konstruksi akhir yang permukaan rata dan sesuai dengan gambar rencana
· Acuan harus kuat menahan beton atau beban lain, tanpa terjadi lendutan. Bagi pekerjaan beton khusus harus disertai gambar acuan khusus yang memenuhi persyaratan teknis
· Keamanan acuan untuk struktur terjamin dengan meneruskan gaya ke tanah yang stabil atau ke bagian konstruksi yang stabil
· Sebelum pengecoran, cetakan di basahi dengan air sampai jenuh. Untuk konstruksi beton yang langsung terletak di atas tanah, maka di bawahnya harus ada lantai kerja yang rata. Tebal lantai kerja 5 cm, dengan beton campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 3 : 5, atau lantai kerja ditentukan lain tergantung Pengawas ahli
5. Pemeriksaan Penulangan
· Jarak dan dimensi tulangan harus sesuai rencana
· Tulangan dipasang dengan kedudukan stabil, kawat ikatannya ditekuk ke dalam jangan di selimut beton
· Tebal penutup (selimut) beton yang direncanakan perlu diperhatikan dengan baik, yaitu dengan dipasang penahan jarak (batu tahu) yang mutunya sama dengan beton yang akan dicor
· Batu tahu minimum 4 buah setiap m, atau dipasang pada jarak 30 cm, dipasang selang seling tidak pada satu garis
· Untuk mengatur jarak antara lapis tulangan atas dan tulangan bawah, dipasang batang penunjang (kursi) pada cetakan bawah atau pada lantai kerja
· Baja tulangan harus bebas karat yang mudah terkelupas. sebelum pengecoran, pasangan tulangan dibersihkan dari kotoran dan bahan lain yang mengurangi daya lekatnya.

C. Pelaksanaan Pembetonan
1. Penakaran
Untuk beton dengan mutu dibawah K.225 atau f = 18,5 Mpa, agregat dan semen dapat ditakar menurut ukuran volume, sedangkan mutu K.225 atau f = 18,5 ke atas, penakaran bahan beton dilaksanakan dengan ukuran berat.
Alat timbangan untuk mengukur berat harus dalam masa sudah dikalibrasi.
Perhatikan perbandingan skema penakaran berikut :





· Skema penakaran berdasarkan volume

















· Skema Penakaran berdasarkan berat














Keterangan :
- Masukkan air (10%) ke dalam mixer sebelum beban ditambah
- Masukkan bahan Iia, Iib, Iic, berurutan sehingga menunjukkan pengaturan jarum timbangan (sebelumnya timbangan harus dikalibrasi dulu) dengan menambah air secara bertahap + 80 %
- Masukkan air (10%) setelah semua bahan dalam mixer
- Bahan tambahan dicampur dan dimasukkan bersamaan dengan air 10% terakhir atau pada saat yang sama untuk mencegah variasi dalam waktu pengikatan mula-mula dan jumlah udara
Lama pengadukan berkisar antara 1-3 menit dengan pemutaran + 20 rpm dihitung setelah semua bahan campuran dimasukkan sampai hasil adukan homogen. Lama pengadukan boleh dikurangi bila campuran sudah baik dan merata.
2. Pengadukan (Pencampuran)
Pengisian mixer jangan melampaui batas kapasitas mixer. Keausan pisau mixer perlu mendapatkan perhatian, sebaiknya penggantian pisau secara periodik, sebab pisau mixer yang aus akan mengurangi efisiensi mixer
Disarankan bahwa lama pencampuran beton adalah sebagai berikut :
Kapasitas Mixer (m3)
Waktu Pencampuran (menit)
0,8
1
1,5
1,25
2,3
1,5
3,1
1,75
3,8
2
4,6
2,5
7,6
3,25
Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus diawasi terus-menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa SLUMP setiap campuran beton yang baru.
Apabila adukan beton tidak memenuhi syarat minimal, maka adukan itu tidak boleh dipakai, harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.
3. Pengangkutan Beton
Pengangkutan akan sangat berpengaruh jika antara letak proyek dengan lokasi pembuatan campuran beton berjauhan. Masalah yang akan timbul saat kondisi tersebut adalah :
a) Segregasi, pemisahan agregat diameter besar dari diameter yang lebih halus
b) Berkurangnya air karena penguapan atau kebocoran
c) Pemadatan karena pengangkutan terlalu lama
Alat angkut disesuaikan dengan jenis beton :
a) Beton yang dipompa adalah beton yang memenuhi pesyaratan beton pompa
b) Beton pavement dan beton dengan permukan tekstur estetika tidak dapt dipompa
c) Beton dengan slump rendah tidak dapat diangkut dengan bucket, karena akan melekat pada dinding
d) Beton mengalir tidak dapat diangkut dengan bucket, karena air dan pasta akan bocor
e) Penggunaan kereta dorong terbuka harus dihindari bila cuaca panas.
Macam-macam alat angkut :
a) Gerobak dorong
b) Ember
c) Talang (kemiringan min. 1 : 3 dan maks. 1 : 2 )
d) Pompa
e) Bucket dan tower crane
f) Truck Mixer
Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan :
· Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang.
Jangka waktu tersebut bisa diperpanjang sampai 2 jam apabila beton digerakkan kontinu secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan-bahan pembantu
· Kehilangan pasta semen dan air
Pada campuran pertama dari mixer, akan terjadi kehilangan pasta yang melekat dinding mixer. Pada talang-talang beton dan alat-alat angkut yang masih kering akan melekat pasta juga sehingga adukan beton menjadi kering dan dalam penempatan beton menjadi keropos. Untuk mengatasi hal tersebut, umumnya diadakan pengurangan agregat kasar (sampai – 50 %) khusus untuk campuran pertama
· Segregasi (pemisahan agregat) dapat dibatasi dengan membuat campuran kohesif :
- slump dibatasi, jumlah air tidak berlebih
- jumlah semen cukup
- gradasi agregat baik dan ukuran agregat maksimum 20 mm
- perbandingan pasir terhadap agregat kasar tepat
- digunakan bahan tambah air – entrainment bila perlu
4. Pengecoran dan Pemadatan
Pengecoran perlu diperhatikan dengan baik, sebab kesalahan pengecoran akan menimbulkan pemisahan agregat kasar terhadap agregat halus, sehingga homogenitas beton berkurang. Pemadatan atau penggetaran bertujuan untuk menghilangkan ruang udara dari dalam campuran beton, sehingga kepadatan beton tercapai.
a. Pengecoran
Dalam pekerjaan pengecoran perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut :
1. Suhu adukan beton dianjurkan < 500C yaitu :
· Dengan mendinginkan agregat dengan menyimpan di tempat teduh
· Mendinginkan air dalam tanki yang dicat putih, disimpan di tempat teduh, pipa air dilindungi dari panas matahari
· Mendinginkan semen dalam silo yang dicat putih
· Melindungi acuan dan tulangan terhadap suhu tinggi yang dapat menaikkan suhu adukan beton yang dicor
· Membasahi acuan kayu
· Meletakkan alat angkut di tempat teduh
2. Segregasi yang menyebabkan pemisahan agregat kasar dari mortar dihindari dengan :
· Jangan memakai air berlebih yang menyebabkan agregat kasar turun
· Adukan beton tidak boleh jatuh bebas pada dasar yang keras lebih dari 30 cm
· Adukan yang diangkut dalam truk, truknya harus dilengkapi dengan alat penggerak beton
b. Cara Pengecoran
1) Pengecoran pada acuan dalam dan lebar
· Pengecoran harus dilaksanakan bertahap secara berlapis
· Untuk konstruksi yang terbuka, sedapat mungkin dibatasi penyebaran campuran beton ke arah horisontal
2) Pengecoran pada acuan yang sempit dan tinggi
Pada pemadatan yang sulit, adukan beton yang harus dituang melalui jendela acuan dengan pertolongan corong yang dipasang di luar acuan
3) Sambungan pengecoran
· Bila pekerjaan pengecoran tidak selesai, maka pengecoran harus dihentikan pada tempat-tempat yang tidak membahayakan konstruksi sesuai petunjuk tenaga ahli atau sesuai dengan gambar rencana
· Melanjutkan pengecoran baik arah vertikal maupun arah horisontal sebaiknya dilaksanakan bila beton masih dalam keadaan plastis, yaitu beton masih lunak
· Bila beton telah mengeras, pengecoran baru dapat dilaksanakan setelah permukaan beton lama dikasarkan dan dibersihkan dengan air dan sikat kawat
· Pada balok dan pelat, sambungan pengecoran ditempatkan kira-kira di tengah-tengah bentang.
c. Pemadatan
Pemadatan dilaksanakan selama pekerjaan pengecoran berlangsung, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil. Pemadatan dengan cara rojokan maupun pemadatan dengan jarum penggetar secara umum dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton di lapangan.
Pemadatan dengan meja penggetar dipakai pada pabrik yang membuat elemen konstruksi bangunan, vibrator acuan dipakai untuk pekerjaan dinding, kolom beton dan penggetar permukaan dipakai untuk plat beton.
Pemadatan dengan menggunakan alat penggetar sebagai berikut :


1) Alat Penggetar Luar
Alat penggetar luar disebut juga penggetar eksternal (eksternal vibrator) adalah penggetar berbentuk meja/papan yang dalam penggunaannya yaitu beton yang dipadatkan disimpan diatasnya. Alat penggetar eksternal mempunyai frekuensi getaran tidak boleh kurang dari 3600 getaran per menit
2) Alat Penggetar Dalam
· Alat penggetar dalam harus dimasukkan perlahan-lahan dengan posisi tegak lurus pada permukaan campuran sampai padat, yang dapat diketahui dari mengkilapnya permukaan campuran tersebut ( + 30 detik). Selama pemadatan alat penggetar tidak boleh menyentuh baja tulangan dan acuan, serta tidak boleh digerkkan mendatar atau di dorong ke samping
· Penarikan alat penggetar harus segera dilakukan secara perlahan-lahan setelah permukaan campuran beton sekitar alat kelihatan mengkilap
· Kedalaman dan jarak antara alat penggetar dalam harus sampai pada lapisan sebelumnya, vertikal dan horisontal
· Apabila penempatan alat penggetar tidak mengijinkan dengan posisi tegak lurus permukaan campuran, alat penggetar dapat dimiringkan sampai posisi 450
· Penggetar dalam tidak boleh menempel pada tulangan dan acuan karena selain menimbulkan getaran pada tulangan juga menyebabkan kerusakan kepala vibrator
5. Perawatan (Curing)
Pada prinsipnya tujuan perawatan beton adalah mencegah pengeringan yang bisa menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk perawatan beton. Pencegahan ini terutama pada umur awal beton sampai beton berumur 14 hari. Lamanya perawatan tergatung jenis semen yang dipakai, misalnya type I, II paling sedikit 21 hari. Untuk semen type V dianjurkan 28 hari.
Pelaksanaan Perawatan :
· Melindungi beton selama waktu antara penempatan dan pearwatan (finishing) dengan bahan pelindung yang lembab (terpal)
· Selama beberapa jam setelah finishing, diadakan penyiraman halus dengan menggunakan air, bagian atas beton yang terbuka perlu ditutup dengan bahan pelindung karung basah atau dengan lapisan tipis membran.
· Pada pelat pembasahan dilakukan dengan menggenangi dengan air
· Pada 3 hari pertama sesudah pengecoran selesai, proses pengerasan beton tidak boleh diganggu getaran-getaran
· Setelah cetakan dibuka, konstruksi dilindungi dan perawatan dilanjutkan dengan cara yang sesuai selama paling sedikit 14 hari
· Perawatan dengan cara uap tekanan tinggi pemanasan, atau proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat digunakan dengan persetujuan pengawas ahli
6. Finishing
· Dilaksanakan segera setelah acuan dibuka
· Lubang-lubang bekas penguata acuan harus diisi dengan mortar, campuran mortar terdiri dari satu bagian semen, 1 ½ bagian pasir yang lolos 2,40 mm.
· Lubang-lubang udara harus diisi denganmortar
· Tulangan yang terlihat tertutup dengan mortar atau epoxy untuk mencegah karat.

F. Pengendalian Mutu
Hal ini dilakukan agar dapat menjamin mutu beton dalam pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi sehingga harus diuji sepanjang pengerjaannya.
1. Pengambilan Benda Uji
Untuk keperluan evaluasi mutu beton dalam pelaksanaan, dilakukan pengambilan benda uji secara acak dengan ketentuan sebagai berikut menurut PBI 1971 :
· Untuk jumlah kubikasi beton kurang dari 60 m3 dilakukan sebagai berikut :
- Interval jumlah pengecoran beton kira-kira sama untuk mendapatkan 20 benda uji
- Bila dengan alasan kuat pembuatan benda uji 20 buah dianggap tidak praktis atau tidak dapat dilakukan, maka benda uji boleh dibuat kurang dari 20 buah, asal pembuatannya dilakukan dengan interval jumlah pengecoran kira-kira sama
· Untuk jumlah kubikasi lebih dari 60 m3
Agar dalam waktu yang singkat terkumpul benda uji sebanyak 20 buah, maka setiap 3 m3 beton harus dibuat 1 benda uji. Selanjutnya setiap 5 m3 beton dibuat minimum 1 benda uji tiap hari.
· Pengujian Slump
Slump diukur pada setiap pengambilan benda uji. Bila tidak ada ketentuan lain, jumlah benda uji minimal 2 buah.
2. Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji harus memenuhi ketentuan yang berlaku, sebab cara yang salah akan memberikan hasil evaluasi mutu beton yang salah. Cetakan benda uji terbuat dari baja. Benda uji silinder digunakan untuk berbagai macam pengujian seperti kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah dan lain-lain. Benda uji kubus untuk kuat tekan.
Cara pembuatan :
Cetakan benda uji ditempatkan pada tempat yang permukaannya rata, keras dan bebas dari getaran dan gangguan lainnya. Masukkan adukan beton ke dalam cetakan dengan menggunakan sendok aduk, sen dok bahan atau sekop.
a) Benda uji berbentuk silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengisian adukan beton dilakukan sebanyak 3 lapis dengan tinggi tiap lapis 10 cm, jumlah tusukan tiap lapis 25 kali tusukan secara merata. Diameter batang/tongkat penusuk/pemadat dari baja diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya dibulatkan. Setelah selesai penusukan, bagian luar cetakan dipukul-pukul secara ringan dengan palu karet agar lubang uadara terttutup. Berat palu pemukul antara 0,34 sampai 0,80 kg.
b) Benda uji berbentuk kubus sisi (15 x 15 x 15) cm
Pengisian adukan beton dilaksanakan sebanyak dua lapis, setiap lapis dipadatkan dengan tusukan secara merata sebanyak 20 kali dengan tongkat penusuk dari baja dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung tongkat dibulatkan
Cara Perawatan benda Uji
Setelah 20 jam dan kurang dari 48 jam ditutup dengan bahan yang tidak menyerap air, benda uji dileaskan dari cetakan. Beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 7 hari setelah penuangan atau rendam benda uji dalam air.

3. Pemeriksaan Benda Uji
Dilakukan dengan cara memberi beban tekan pada benda uji dengan mesin tekan sampai benda uji hancur, kuat tekan beton adalah beban tekan hancur dibagi luas benda uji.
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur adalah sebagai berikut :
Umur beton (hari)
3
7
14
21
28
90
365
Semen portland biasa
0,40
0,65
0,88
0,95
1,00
1,20
1,35
Semen Portland dengan berkekuatan awal yang tinggi
0,55
0,75
0,90
0,95
1,00
1,15
1,20
Evaluasi dari pemeriksaan mutu beton
Berdasarkan PBI 1971 pasal 4.7 benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm mutu beton dianggap memenuhi syarat, bila dipenuhi syarat berikut ini :
1. Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari , adalah kuat tekan beton karakteristik
2. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari ( + 0,82 Sr). Sr adalah deviasi standar rencana
3. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr
4. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut harus memenuhi = - 1,64 S
Apabila 4 syarat diatas tidak terpenuhi, maka mutu beton tidak memenuhi syarat dan pengecoran beton harus segera dihentikan.
Berdasarkan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm, mutu betondicapai dengan tingkat kekuatan yang memeuaskan bila kedua syarat berikut dipenuhi ;
1. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari ( f1c + 0,82 s)
2. Tidak satupun dari hasil uji tekan ( rata-rata dari 2 silinder ) mempunyai nilai di bawah 0,85 f1c.
4. Sifat-sifat Mekanik Beton
Modulus Eleastisitas Beton Ec = 4700 fc
Kekuatan tarik berkisar antara 0,10 f1c dan 0,20 f1c
Kekuatan geser bervariasi antara 20% - 80% kekuatan tekan beton
Regangan tekan maksimum 0,003


G. Pengujian Beton Keras
Pengujian dilakukan setelah acuan dibuka, apabila kekuatan tidak sesuai dengan yang disyaratkan, maka pengecoran harus segera dihentikan dan langsung melakukan pengujian terhadap beton yang diragukan kekuatannya biasanya dapat terlihat langsung pada beton, hal ini juga dilakukan saat beton mengalami perubahan akibat kebakaran.
1. Pengujian dengan Palu Beton
· Untuk mengetahui nilai kekerasan permukaan beton
· Lokasi uji ditentukan terlebih dahuulu dengan pertimbangan
· Nilai lentingan 15 – 20 untuk setiap titik uji, kemudian dihitung nilai rata-rata, deviasi standar, koefisien variasi dan perkiraan kuat tekan beton rata-rata
· Setelah mendapat nilai perkiraan kuat tekan beton rata-rata dan nilai kuat tekan beton masing-masing dihitung untuk setiap komponen struktur, untuk selanjutnya dapat ditentukan perkiraan nilai kuat tekan karakteristiknya
2. Pengujian dengan Core Drilling
Pengujian ini dilakukan dengan cara pengambilan contoh benda uji langsung dibagian struktur yang berupa inti beton (core). Dari hasil pengeboran beton inti dapat diketahui tinggi beton dan tinggi plesteran.
Ketentuan benda uji beton inti adalah sebagai berikut :
Pengambilan benda uji beton inti umurnya tidak boleh kurang dari 14 hari
Benda uji yang cacat seperti berongga atau ada agregat yang lepas maka tidak boleh digunakan untuk pengujian kuat tekan
· Jumlah tulangan beton dalam benda uji beton inti tidak boleh lebih dari dua batang
· Benda uji beton inti harus memenuhi I/O, harus lebih dari 0,95. setelah dikaping, memenuhi ketentuan2,00 > I/O >1,00, di mana I = panjang dan O = diameter benda uji, diameter tidak boleh kurang dari 90 mm. Tebal kaping tidak boleh melebihi 10 mm
· Permukaan bidang tekan benda uji harus rata an harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji. Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti, letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji.
· Kuat Tekan beton inti dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


f1c = P/( /4O2
dimana :
P = benda uji hancur
O = diameter rata-rata benda uji
Kuat tekan beton inti yang dikoreksi, dihitung dengan rumus :

f1c = C0 C1 C2 f1c
keterangan :
Co = faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan
benda uji
C1 = faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang dan
diameteer dari benda uji yang telah dikaping
C2 = faktor pengali karena adanya kandungan besi
3. Pengujian Ultrasonik (UPV)
(UPV = Ultrasonic Pulsa Velocity Test)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui mutu beton dan homogenitas beton. Pada penelitian beton digunakan frekuensi antara 50 sampai dengan 60 KHz. Penempatan transducer untuk transmisi langsung akan memberikan hasil ketapatan maksimum dari pengukuran waktu jalar pulsa.
Penempatan transducer untuk transmisi tidak langsung sangat dipengaruhi oleh lapisan permukaan. Cara ini tidak baik untuk meneliti kualitas beton, tetapi untuk meneliti pengembangan kerusakan beton sangat baik.
Pengukuran dengan secara langsung, panjang ukur bisa sampai 50 cm. Pengukuran dengan cara tidak langsung, panjang ukur maksimum 10 cm untuk ukuran nominal agregat 20 mm atau kurang, panjang ukur maksimum 15 cm bila ukuran nominal agregat 20 mm sampai dengan 40 mm.
Prinsip kerja/penggunaan UPV sebagai berikut :
Pulsa dari vibrasi longitudinal dihasilkan oleh electro accustical Transducers, yang dihubungkan dengan salah satu permukaan beton yang diteliti.
Setelah pulsa vibrasi longitudinal menyebrangi panjang (L) beton, pulsa vibrasi tersebut diubah menjadi signal elastik oleh transducers penerima dan electronic timming circuit mengubah waktu 9T) dari pulsa yang diukur.
Metode Pengujian.



















Hubungan kecepatan dan kualitas beton.
Berdasarkan buku petunjuk Ultrasonic tester Marui & Co. Ltd. Japan ditetapkan hubungan kecepatan rambat gelombang ultrasonik dengan kualitas beton (V).
Kecepatan rambat ( V )
Kualitas
Dibawah 2, 13
2,13 - 3,05
3,05 - 3,66
3,66 - 4,57
Di atas 4,57
Kurang
Cukup
Cukup Baik
Baik
Baik Sekali
4. Pengujian beban
Ketentuan yang digunakan dalam pelaksanaan pembebanan berdasarkan kepada Tata cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung (TCPS-BBG), SNI 03-2847, 1992.
















Prosedur pembebanan :
· Pembacaan awal data lendutan, sebelum pelaksanaan pembebanan dilakukan
· Besarnyabeban total, termasuk beban mati yang telah bekerja yang ekivalen dengan 0,85 (1,2D + 1,L)
· Beban Uji dilaksanakan tidak boleh kurang dari 4 (empat) tahap pembebanan (beban yang sama besarnya). Setiap tahap pembebanan, data lendutan diukur
· Setelah beban uji berada pada posisi 24 jam, data lendutanj dibaca. Setelah itu beban uji dihapiskan, segera ukur data lendutan
· Pembacaan lendutan dilakukan 24 jam setelah beban uji dihapuskan
· Komponen struktur memenuhi persyaratan teknis, yaitu :
- Bila lendutan maksimum terukur dari suatu balok, lantai atau atap kurang dari I /20000 h
- Bila lendutan melebihi I /20000 h, maka pemulihan lendutan selama 24 jam setelah beban diangkat sekurang-kurangnya 75 % dari lendutan maksimum untuk beton normal dari 80 % untuk beton pratekan.
· Konstruksi beton normal yang gagal menunjukkan 75 % pemulihan lendutan seperti yang diisyaratkan di atas, dapat diuji ulang paling cepat 72 jam setelah pengangkatan beban uji yang pertama.
Bagian struktur yang diuji dapat dikatakan memuaskan bila :
a) bagian struktur yang diuji ulang tidak menunjukkan gejala keruntuhan yang terlihat secara nyata
b) Pemulihan lendutan pada uji coba kedua sekurang-kurangnya harus 80 % dari lendutan maksimum yang diukur pada uji coba tersebut.
5. Convermeter Test
Penelitian dengan cara covermeter test dilakukan dengan metode radiographi yang secara langsung menghasilkan kondisi tulangan beton yang ditinjau serta informasi induksi tulangan yang dapat dipakai untuk menentukan mutu besi.
Jadi tujuan dari covermeter test adalah untuk mengetahui mutu, diameter dan jarak masing-masing tulangan beton serta tebal selimut beton.
6. Corrosion Test
Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk mengetahui tingkat korosi dari pembesian beton. Cara pelaksanaan :
Pada daerah struktur yang mengalami retak cukup besar dialirkan arus listrik yang kecil ke dalam besi tulangan. Dengan mengukur perbedaan potensial, maka dapat diketahui tingkat korosi dari besi beton.
7. Vibration Test
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui load bearing dari struktur yang ditinjau, juga dapat diketahui harga mode shapes, natural frequencies dengan damping factors.
Getaran diberikan pada struktur atau komponen struktur oleh ultradynamic vibrator yang menggunakan sweep generator 5 – 1000 Hz yang digabungkan dengan amplifier.
Pengukuran yang dilakukan pada setiap lokasi dicatat oleh traxial accelerometer atau velocity transducers yang dipasang pada lokasi tersebut.
Alat ini juga bermanfaat untuk mengetahui, Pile head stiffness, pile length, area of pile section, level of discontinuitas, possible range of stiffness from ground/pile conditions.
8. Shock Test
Tujuan dari shock test adalah :
a) Pada balok dan kolom, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dan integritas atau kerja sama antara balok dan kolom
b) Pada pondasil dalam, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dari kepala tiang, panjang tiang dan luas penampang tiang
c) Pada pondasi dalam, bertujuan untuk mendapatkan nilai stiffness dari kepala tiang, panjang tiang dan luas penampang tiang pondasi. Juga dapat diketahui kondisi dari ujung tiang dan ada atau tidaknya necking pada tiang cast in situ.
Cara pelaksanaan :
d) Elastik pulsa diberikan dengan memukul bagian struktur yang diuji dengan palu seberat 1 kg
e) Gelombang uang dihasilkan diterima oleh load trnasducer
f) Signal yang keluar dari trnasducer disimpan dalam micro komputer
Peralatan shock test :
g) Z-80A Zilog micro computer
h) Converter
i) Conditioning electronics
j) Sensonic Vibrations Transducers
k) Load cell/integral torsional accelerometer
l) Hammer / palu 1 kg
m) Connecting cables
n) Recording Device T-912
o) Tectronics scope with Ocilloscope camera Co.212

H. Perbaikan Beton
1. Permasalahan
- Kenaikan temperature yang disebabkan timbulnya panas hidrasi akibat reaksi semen dengan air akan menyebabkan keretakan
- Perbedaan temperatur akibat panas hidrasi semen dan temperatur udara sekitarnya akan menyebabkan terjadi regangan yang menimbulkan keretakan
- Kenaikan temperatur panas beton juga dipengaruhi oleh sifat dan panas agregat
- Keretakan yang dtimbulkan oleh kenaikan temperatur yang ditimbulkan oleh beton itu sendiri ketika masih dalam proses pengembangan untuk mencapai pengerasan dan pengeringan
- Permukaan beton yang berkontak dengan udara akan cepat mengering sehingga menyebabkan retak-retak pada permukaan beton, oleh karena itu harus dilakukan perawatan dengan menyemprotkan kabut air atau menutup permukaan beton
- Keretakan disebabkan cetakan tidak cukup kuat sehingga melendut karena tumpukkan penyangga cetakan yang langsung diletakkan diatas atanah amblas (turun)
- Cetakan yang dibuka lebih awal akan menyebabkan retak karena kekuatan beton belum memadai untuk menahan berat sendiri
- Penggunaan lantai gedung bertingkat sebagai penimbunan bahan yang melampaui beban beban layanan pada waktu pelaksanaan akan menyebabkan retak lentur
- Retak-retak yang disebabkan getaran di sekitar beton yang sedang dalam proses pengerasan yang disebabkan proses pengikatan terganggu, juga mengakibatkan lekatan antara spesi dan agregat lemah. Lekatan beton pada tulangan juga terganggu, semua itu akan menimbulkan retak-retak sepanjang tulangan
- Ketidakrapian cetakan akan menyebabkan keropos beton yang disebabkan pasta semen mengalir keluar
- Struktur beton yang terbakar, akan menimbulkan gumpil-gumpil (spalling) pada permukaan beton akibat meledaknya agregat beton oleh suhu tinggi, ketebalan spalling kurang dari 70 mm
- Kekuatan tekan beton akan menurun dimulai pada temperature + 3000C karena kebakaran
- Pelapukan pada bidang-bidang terluar dari beton yang selalu berhubungan dengan udara, air atau media korosif lainnya, dimana kerusakan akibat pengaruh reakasi kimia
- Retak dan rusaknya struktur beton akibat bencana alam/gempa.
2. Pola dan Bentuk retak
Pola dan bentuk retak dapat membantu memperkirakan penyebab timbulnya retak. Pada dasarnya ada 7 penyebab retak :
· Retak lentur, disebabkan tidak kuat menahan momen lentur
· Retak geser, disebabkan tidak kuat menahan gaya geser
· Retak permukaan, akibat pengeringan
· Retak terpisah, disebabkan tidak kuat menahan gaya aksial
· Retak akibat hilangnya lekatan antara beton dan tulangan
· Retak garpu, akibat konsentrasi penulangan
· Retak memanjang karena ada korosi tulangan
3. Jenis Kerusakan Beton
a) Beton Keropos
Jenis kerusakan ini timbul karena pengerjaan beton yang kurang baik, agregat terlalu kasar, kurangnya butiran halus yang termasuk semen, faktor air semen tidak tepat, pemadatan yang tidak sempurna karena rapatnya tulangan, pasta semen keluar dari cetakan yang tidak rapat dan lain-lainnya
b) Disintegrasi
Bagian yang terlemah dari beton akan mengalami disintegrasi, permukaan beton menjadi kasar, karena umur akan terjadi proses alami yang mengalami pelapukan pada bidang-bidang terluar beton, proses pelapukan beton akibat lingkungan agresif antara lain air laut, karbonasi dan lain-lain. Beton yang berhubungan dengan lingkungan yang berkadar asam akan lebih cepat mengalami disintegrasi
c) Retak-retak
Kejadian retak pada beton tidak bisa dihindari, karena itu perlu dibatasi lebar retak yang diperkenankan oleh standar beton yang berlaku. Retak yang terjadi pada beton bisa berupa retak non struktural akan menyebabkan kemampuan struktur beton akan berkurang, Pada keadaan lain, retak akan mengakibatkan proses korosi pada baja tulangan beton
d) Spalling (gumpil-gumpil)
Spalling atau gumpil-gumpil pada permukaan beton terjadi karena bencana kebakaran. Karena temperatur tinggi akan mengakibatkan pecahnya agregat batuan yang mengandung silika. Pada saat permulaan kebakaran, kurang lebih 30 menit, terjadi kecelakaan, bongkahan kecil terlempar, yang terjadi karena tingginya tekanan uap dalam beton.
Karena temperatur meningkat timbul pemuaian beton, permukaan beton menjadi lemah dan rontok dalam bentuk serpihan yang rapuh. Kekuatan tekan beton menurun jika temperatur meningkat. Struktur tekan tersebut rusak total bila kuat tekan setelah kebakaran sampai lebih kecil dari 50 % dari kuat tekan rencana, rusak berat antara 50% dan 65 %, rusak sedang antara 65 % dan 80 %, sedangkan rusak ringan bila lebih besar 80 %.
4. Metode Perbaikan Beton
a) Chipping & Concreting
Beton yang rapuh dichipping hingga mencapai beton yang baik, kalau retak ringan dichipping dalam bentuk V diusahakan teratur. Kemudian dibersihkan dengan disemprot air atau dengan compressor atau disikat memakai ijuk. Bila baja tulangan mengalami korosi, harus dibersihkan dari bagian yang telah terkontaminasi. Kalau kondisi tulangan beton sudah rusak, tambah besi beton yang dilaskan pada tulangan lama atau tambah wire mesh.
Supaya beton lama dan beton baru menjadi monolit, maka sebelum pengecoran disiram dulu dengan bahan pelekat. Setelah semua siap baru dilaksanakan concreting (pengecoran beton). Mutu beton untuk concreting harus sama atau lebih kuat dari beton semula.
Kalau retak ringan, chipping yang berbentuk V tadi bisa diisi dengan semen grouting atau mortar epoxy yaitu campuran epoxy dengan agregat halus. Semen grouting atau epoxy mortar akan menempel dengan baik pada beton atau baja.
b) Grouting
Pekerjaan injeksi grouting sangat cocok untuk daerah perbaikan yang sulit. Dengan menginjeksi bahan grouting yang relatif cair ke dalam cetakan, sehingga ikatan antara tulangan dan beton kembali seperti semula dan betonpun dianggap masif. Tekanan injeksi grouting tidak boleh diambil lebih besar dari kemampuan tarik ijin beton.
Bahan grouting adalah sebagai berikut :
· Mortar grouting
Terdiri dari campuran semen, pasir dan air dengan perbaikan berat 1 semen : 2 pasir : 1 air. Bahan ini bisa digunakan untuk lubang keropos yang besar
· Semen grouting
Terdiri dari campuran semen grouting dan air dengan perabndingan berat 1 : 1, dipakai untuk lubang keropos yang kecil atau pada daerah retak

· Chemical grouting
Terdiri dari bahan epoxy yang relatif cair, digunakan pada daerah retak bagian dalam yang dilaksanakan dengan cara injeksi. Pekerjaan injeksi grouting bisa dilakukan sebagai berikut :
a. Bor beton yang retak pada titik-titik yang telah direncanakan, bersihkan lubang tersebut
b. Pasang pada lubang bor tersebut pipa alumunium untuk pipa inlet dan outlet, masing-masing diletakkan pada bagian awal atau bawah dan bagian akhir atau atas
c. Antara pipa dan beton ditutup dengan bahan adhesive, kemudian tutup permukaan keropos atau retak dengan lapisan sealent atau spesi yang cepat mengeras
d. Bila penutup permukaan sudah mengeras, sistem nlet dan outlet ini perlu dicoba dengan air sebagai bahan groutingnya, bagian permukaan yang telah ditutup bila terlihat masih bocor perlu ditambal ulang. Bila sistem telah berfungsi dengan baik, injeksi grouting sudah bisa dilaksanakan
e. Jika terlihat bahan grouting telah keluar dari pipa outlet, menandakan daerah yang digrouting telah terisi penuh, pipa outlet bisa ditutup
f. Setelah bahan grouting mengeras, pipa inlet dan outlet dipotong, perbaikan sudah selesai. Berdasarkan hasil pengujian, injeksi epoxy dapat memulihkan dan meningkatkan kekuatan maupun daktilitas komponen struktur yang diperbaiki tersebut.
c) Jacketing
Melapisi seluruh atau sebagian permukaan beton bisa disebut melakukan perbaikan beton dengan jacketing. Pekerjaan jacketing bisa dilaksanakan untuk permukaan beton yang mengalami pelapukan atau disintegrasi. Bila ukuran dimensi beton setelah jacketing menjadi lebih besar, sehingga penampang beton dapat menahan beban yang lebih besar, maka perbaikan ini bisa digolongkan strengthening. Pekerjaan jacketing dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
- Menghilangkan semua bagian beton yang telah lapuk (terkontaminasi) atau menghilangkan semua bagian beton yang retak-retak berat
- Lapisi beton lama dengan bahan perekat
- Cor beton perlapis, bila bidang yang dilapisi sangat luas dapat dipakai secara shotcrete. Untuk ketebalan lebih dari 5 cm perlu diperkuat dengan kawat anyaman agar tidak terjadi retak-retak sebagai akibat adanya susut pada beton
5. Strengthening
Strengthening atau perkuatan dilaksanakan untuk meningkatkan kekuatan maupun daktilitas struktur. Pekerjaan strengthening harus direncanakan dahulu sesuai dengan yang diinginkan dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Beberapa macam perkuatan yang bisa diterapkan, antara lain :
· Meningkatkan kemampuan baja tulangan
· Meningkatkan kemampuan tekan beton
· Meningkatkan kemampuan beton bertulang atau memperbesar dimensi penampang struktur
· Menambah komponen struktur yang lain
Untuk meningkatkan kemampuan tarik baja tulangan menerima momen lentur, diberi tambahan pelat baja atau tambahan tulangan tarik yang dilaskan pada tulangan yang ada dengan jarak tulangan antara.
Untuk meningkatkan kemampuan tekan beton bisa dilaksanakan serupa dengan pekerjaan jacketing maupun concreting. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan beton bertulang adalah dengan penambahan tulangan tarik maupun tulangan tekan dan dipadukan dengan pekerjaaan jacketing dan concreting.
Perkuatan dengan menambah komponen struktur lain bisa dilakukan dengan penambahan :
· Dinding geser
· Dinding pengisi
· Kolom
· Balok
· Pengaku

Bagian 3
Kayu sebagai Bahan Bangunan

1. Kayu
Kayu sebagai bahan bangunan adalah kayu olahan yang berasal dari kayu bulat (batang pohon) menjadi bentuk balok-balok kayu sesuai dengan kebutuhan bahan bangunan kayu itu sendiri.
a. Kayu sebagai Bahan Bangunan terbagi atas 3 golongan :
· Kayu bangunan struktural, digunakan sebagai bahan struktural bangunan
· Kayu bangunan non-struktural, kayu bangunan untuk digunakan dalam bagian bangunan yang tidak berfungsi sebagai struktur bangunan
· Kayu bangunan untuk keperluan lainnya yang tidak termasuk kepada dua kategori diatas.
b. Jenis dan Struktur Kayu
Nama Jenis Kayu
Tempat Asal
Kelas Kayu
Kayu Jati
(kembang, minyak, doreng, kapur)
Kayu Ebony
(kayu hitam, kayu arang) bergaris ungu
Kayu Bedaru




Kayu Ulin

Kayu Tempiris (warna coklat)
Kayu Lara (warna ungu tua)

Kayu Sonokeling(warna ungu tua)
Kayu Sawo kecik


Kayu Merbau
Kayu Kranji

Kayu Bangkirai

Kayu Laban
Kayu Balau




Kayu Mahoni
Kayu Terentang

Kayu Surian

Kayu Meranti
Pulau Jawa

Sulawesi,
kep. Maluku
Kalimantan
Riau
Bengkulu
Sumbar
Palembang
Kalimantan
Palembang
Sumatera Utara
Maluku
Sulawesi
Pulau Jawa
Pulau Jawa
Gorontalo
Poso
Kalsel, Kaltim


Kalimantan

Pasundan
Sumut, Aceh, Sumbar, Riau, Kalbar, Palembang Sulteng
Kalimantan



Jabar, Sumatera
KK II, KA I, BJ = 0,70

KK, KA = I, BJ =1,05
KK, KA = I, BJ = 1,04





KK, KA = I, BJ = 1,04

KK, KA = I, BJ = 1,01
KK, KA = I, BJ = 1,23

KK II, KA I, BJ = 0,90
KK, KA = I, BJ = 1,03


KK, KA I-II, BJ = 0,80
KK I-II, KA I, BJ = 0,93
KK, KA = I-II, BJ = 0,91
KK, KA = I, BJ = 0,88
KK I-II, BJ =0,93




KKI-II KA V,BJ = 0,64
KK III-IV, KA V, BJ = 0,40
KK III-IV, KA III-IV
BJ = 0,41
KK II-IV, KA II-III
BJ = 0,29 – 1,09

Struktur Kayu dengan potongan melintang





Kadar air dalam kayu basah sekitar 30%-200%, dipengaruhi oleh kelembapan di sekitarnya, semakin kurang air dalam kayu semakin awet kayu tersebut, sebab kadar air hingga mencapai 15% sangat mempengaruhi bobot isi daripada kayu.
a) Kulit luar, merupakan lapisan mati berupa gabus yang melindungi kayu bagian dalam.
b) Kulit dalam, mengandung zat-zat kimia, tannin, resin, zat-zat warna getah dan lain-lain
c) Kambium ke arah luar menghasilkan sel-sel jangat dan ke dalam menambah sel-sel kayu. Sel-sel yang melingkari lapisan kambium tetap mempunyai daya berkembang dan membelah diri yang lambat laun akan menjadi sel mati, jatuh menjadi serpih-serpih. Sedangkan bagian dalam berisi sel-sel kayu hidup yang menyimpan cadangan makanan yang menjadi serat kayu dan menambah kekokohan kayu tersebut.
d) Kayu gubal, kayu yang diproses dari selulosa dan lignin maupun zat-zat lainnya berwarna keputih-putihan, lambat laun akan menjadi kayu keras
e) Kayu teras warnanya lebih tua dari kayu gubal berasal dari kayu gubal yang tidak aktif lagi, kayu teras mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi berdirinya pohon
f) Lingkaran tahun menunjukkan perkembangan dari musim ke musim yaitu musin hujan ke musin kemarau dan sebaliknya
g) Hati sebagai permulaan kayu itu tumbuh
h) Garis teras dapat diartikan retakan-retakan yang timbul pada waktu pengeringan kurang teratur
c. Kayu dalam perdagangan
Dalam perdagangan dikelompokkan menjadi 3 jenis :
· Merupakan dolk, dengan ukuran O 20-29 cm, O 30-39 cm, O 40-49 cm, O 50-59 cm, dst. Ukuran panjang 1-1.75 cm, 2-2.75 cm, 3-3.75 cm, 4-4.75 cm, 5-5.75 cm dengan ukuran persegi atau bujur sangkar
· Balok adalah kayu dolk yang dibentuk persegian, baik persegi panjang atau bujur sangkar
· Zwalp, kayu hasil gergajian yang tidak banyak cacat
· Kayu Bakar, yang dimaksudkan dari dolk-dolk berukuran pendek dan berasal dari dahan dan sebagian besar atau sama sekali berasal dari dahan dan sebagian besar atau sama sekali tidak dapat dipergunakan untuk keperluan mebel
Daftar Kayu dalam Perdagangan sebagai Contoh :
Dipergunakan
Tebal
Lebar dalam cm
untuk
Dlm (cm)
3
4
5
6
7
8
10
11
12
14
15
18
20
25
25
Lis-lis
1.2
x
x

x











Krepyak
1.2





x
x









1.5





x
x








Papan
1.5











x




2






x
x

x

x
x
x
x

2.5



x

x
x
x





x
x

3.3









x

X
x

X
Bingkai pintu
2.5
X


X

X
x
X







/Jendela
3.3
X


x

X
X
X

X

X
x

X

4
X




x
X
x

X

X
X

x
Reng
2



X











Usuk/Kaso
4



X












5




X










Balok Tarik
6






X
X

X

X



Penggantung
6





X
X
X

X





Langit-2
8






X
X

X

X



Peran Tmbk
8






X
X








10






X
X







Gawang
8






x
X

X





Pintu/jndl
10







X

X





Kuda-kuda
6







x

X

X




8






X
X

X

X




10






X
X

X

X




12






X


x

X



Tiang
8





X










10






X
x








12







X

x

x



Papan Jmbtn













x
x
x
Keterangan : dalam kolom lis yang dimaksud : ukuran 1,2 cm x 3 cm ; 1,2 x 4 cm, 1,2 x 6 cm.

d. Kerusakan dan cacat-cacat kayu
a. Mata Kayu
Kayu dikatakan kasar jika mengandung banyak mata kayu, dan kayu licin jika tidak ada mata kayu, mata kayu adalah faktor penting bagi pekerjaan bangunan rumah dan perkakas rumah tangga dari kayu, jika mata kayu kecil maka akan lepas dengan sendirinya dan lubang bekasnya dapat ditutup, tetapi jika mata kayu besar maka akan mengganggu penggunaannya jika menghadapi gaya tekan












b. Cacat retak-retak
Biasanya terdapat dekat hati bahkan sampai memanjang, hal ini diakibatkan pengeringan yang tidak teratur sehingga retak-retak terjadi karena tegangan-tegangan, Hal ini dapat dicegah dengan pengeringan yang lambat namun teratur.





c. Hati yang busuk
Cacat ini tidak bisa terlihat sebelum kayu ditebang, penyebabnya adalah kayu terkena penyakit lalu hati membusuk karena kemasukkan air, dapat pula karena lapuknya akar tunggang lalu air dan binatang pembusuk kayu masuk dan merusaknya
d. Cacat lapuk
Terjadi karena kesalahan dalam menumpuk kayu yang tidak menghindari kelembapan udara serta jamur, terutama kayu muda. Maka kayu harus disimpan di tempat yang kering dan berangin.
e. Kayu berdasarkan mutu dan kelasnya
Kekuatan kayu dihitung faktor-faktor penting ;
a. Sifat anistrop, berrati susut muai tidak sama ke semua arah maka daya tahan kayu terhadap suatu gaya yang arah gaya tersebut tergantung terhadap arah serat. Kekuatan tarik dan tekan pada arah aksial jauh lebih besar daripada arah radial
b. Kondisi bebas air (keadaan kering), kekuatan kayu akan menurun jika kadar air bertambah dan mencapai terendah pada waktu kadar air dari kayu mencapai titik jenuh serat
c. Sifat bobot isi, makin besar bobot isi suatu jenis kayu, menyebabkan daya tahan terhadap dari luar makin besar. Jadi bertambahnya kekerasan dan kekuatan tekan praktis sebanding dengan bertambahnya bobot isi. Sedangkan kekuatan lentur biasanya dipengaruhi sifat-sifat zat pembentuk
Daftar Kelas Susut
Kelas
Kuat
Berat jenis
Kekuatan lengkung absolut (kg/cm2)
Kekuatan tekan absolut (kg/cm2)
I
II
III
IV
V
> 90
0.90 – 0.60
0.60 – 0.40
0.40 – 0.30
< 0.30
> 1100
1100 – 725
725 – 500
500 – 360
< 360
> 650
650 – 425
425 – 300
300 – 215
< 215

d. Mutu kayu ;
· Mutu A:
- kayu harus kering udara
- besarnya mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm
- balok tidak boleh mengandung manvlak yang lebih besar dari 1/20 tinggi balok
- miring arah serat tidak boleh lebih dari 1/10
- Retak-retak dalam arah radiasi tidak boleh lebih dari ¼ tebal kayu dan retak-retak menurut tumbuh tidak boleh melebihi 1/5 dari tebal kayu
· Mutu B
- kadar air kayu lebih kecil 30%
- besar amata kayu tidak melebihi ¼ lebar dan juga tidak boleh lebih dari 5 cm
- balok tidak boleh mengandung manvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok
- miring arah serat batang tidak boleh lebih dari 1/7
- Retak-retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ dari tebal kayu
f. Cara-cara pengawetan kayu
Sifat-sifat keawetan kayu
Pengawetan suatu jenis kayu untuk meningkatkan daya alamiah dari kayu tersebut terhadap serangan-serangan organisme, seperti cendawan dan jenis serangga. Keawetan ini disebut keawetan alamiah.
Tujuan dari pengawetan :
- kayu yang semula tidak awet mnejadi awet
- jenis kayu yang kurang awet dapat dijadikan sebagai pengganti kayu yang awet
- dapat menghemat biaya pembangunan
Sifat-sifat bahan pengawet :
- beracun terhadap cenadawan dan serangga, tetapi pemakaiannya tidak berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
- permanen, tidak luntur kena air, tidak menguap kena panas
- tidak bereaksi terhadap bahan
- mudah tembus terbakar dan cepat kering dan mudah dicatkan pada kayu
Pembagian keawetan kayu ditetapkan oleh LPHH (Lembaga Penelitian Hasil Hutan)
Kelas Awet
Penjelasan
I
Jika kayu yang dipakai selalu berhubungan dengan tanah basah, daya tahan kayu minimum 8 tahun. Terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi terhadap permukaan air dan kelemasan tahannya paling sedikit 20 tahun, kayu tersebut jarang dimakan rayap
II
Selalu berhubungan dengan tanah lembap paling sedikit 3 tahun, terbuka terhadap pemasukan air dan kelembapan paling sedikit 15 tahun
III
Berhubungan dengan tanah lembap paling sedikit 3 tahun. Terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi oleh pemasukan air dan kelemasan paling sedikit 10 tahun
IV
Selalu berhubungan dengan tanah lembap, kayu ini lekas lapuk, terbuka terhadap angin dan iklim tetapi dilindungi oleh permukaan air dan kelemasan hanya bertahan beberapa tahun saja, tetapi kalau dipelihara dengan baik sekurang-kurangnya 10 tahun
V
Kumpulan jenis-jenis kayu yang lekas sekali menjadi lapuk atau rusak karena serangan bubuk maupun rayap
Bahan-bahan pengawet
1. Bahan pengawet alam ;
a. air (termasuk air sungai)
b. udara (tidak lembap)
c. panas (sinar matahari, pengasapan)
2. Bahan pengawet buatan ;
a. berupa garam-garam, seperti garam, tembaga, fluorida, borium, wollman, chroom, arsin, seng, dsb
b. berupa minyak, creosoot, carbilineum
Cara-cara pengawetan
1. Membakar kayu, yang dibakat adalah kulit luarnya agar tidak dimakan rayap, ini untuk kayu yang ditanam dalam tanah
2. Ditutup dengan lapisan ter, sebelumnya kayu harus kering benar. Ini untuk tiang-tiang pagar atau rangka atap dari kayu muda
3. Dengan carbolineum, pengawet yang efektif untuk kayu berpori, sangat baik untuk kayu-kayu di dalam air (turap-turap)
4. Minyak creosoot, kayu yang diawetkan dimasukkan ke dalam ketel lalu masukkan uap air sehingga getahnya keluar, selanjutnya semua cairan dipompa keluar. Minyak creosoot yang telah dipanasi dimasukkan sampai suhunya 600C, selanjutnya dipres sampai tekanan 10 atmosfer








5. Proses Burnett hampir sama dengan proses meng-creosoot, hanya saja bahan yang dipakai ZnC12 yang berbusa dan tidak berwarna, perbandingan pemakaian adalah 1 : 40 /1 ; 60 bagian air. Kayu yang diawetkan dimasukkan ke dalam lori lalu maukkan ke dalam ketel dan ditutup rapat, tekanan dalam ketel dikurangi hingga ¼ atmosfer selama 1jam. Setelah zat air dalam kayu keluar, barulah zat atau cairan ZnC, dipompakan ke dalam ketel. Cairan ini mula-mula 6 jam, dengan cara ini kayu khusus yang berhubungan dengan udara luar.










6. Imfregnasi dengan konpervitrinool, sebuah tanki yang berisi campuran kompervitriool dan air diletakkan diatas tanah setinggi +0,5 m dan letaknya miring 600. Bahan pengawet dialirkan dari tangki I ke tangki 2 sampai jenuh dan meresap ke dalam kayu.













7. Proses kiyanisaasi, obat yang dipakai adalah HgC12 yaitu zat cair putih yang beracun, sangat berbisa dan tidak berwarna. Perbandingan campuran 1 : 150. Kayu dimasukkan ke dalam bak-bak beton yang besarny ditumpuk dan diberi bilah-bilah, dimasukkan supaya kayu tidak mengapung. Bak diisi cairan selama 5 – 14 hari. Setelah proses pengawetan di tumpuk pada tempat berangin.














8. proses wolmanisasi, yaitu menggunakan obat garam wolman yang terdiri dari :
25 % Natrium fluorida,
25 % Dinatrium hydrogen arsenat,
37.5 % Natrium kromat,
12.5 % Dinitro fenol.




Skema Ruang Pengeringan Kayu


























2. Kayu Lapis
Adalah suatu papan/panel buatan yang terdiri dari susunan silih berganti dari beberapa lembaran vinir yang mempunyai arah serat berlainan tegak lurus, diikat dengan perekat tertentu.




Three Ply








Five Ply
Lamin Board








Block Board
Multi Ply









Batten Board


a. Jenis-jenis kayu lapis dan fungsinya
· Papan partikel (particle board), adalah papan tiruan yang dibuat dari partikel (serpih) kayu atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya melalui proses tekan dan panas. Jenis ini digunakan sebagai bahan pembantu lainnya mealui proses tekan dan panas. Jenis ini digunakan sebagai interior dan eksterior bangunan.
· Papan serat (fibre board) adalah papan tiruan yang dibuat dari serat kayu atau bahan lignos selulosa lainnya yang pengikatnnya terjadi karena proses fisis (phisical bond). Selama proses pembuatan dapat ditambahkan bahan penolong (additive) untuk mendapatkan sifat yang dikehendaki. Digunakan bahan yang berhubungan dngan air
· Papan wool kayu (wood wool board) adalah papan buatan yang terbuat dari campuran wol kayu dan bahan pengikat hidrolis dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya. Digunakan untuk bangunan yang memerlukan akustik dan konstruksi yang tidak memikul beban (non-struktural)
· Papan kayu semen adalah papan buatan yang terbuat dari campuran serpih kayu dan semen portland dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya. Digunakan untuk bangunan yang tidak menahan beban yaitu langit-langit dan dinding
· Ubin Parket (parquet), adalah ubin yang dibuat dari lempeng tipis kayu jenis berdaun lebar (hardwood) yang telah dikeringkan dalam tungku pengering, Digunakan sebagai ubin penutup lantai
· Vinir Kayu Jati. Adalah lembaran tipis kayu jati yang diperoleh dengan cara irisan (slicing). Digunakan untuk dindig dan daun pintu.

b. Cara pengolahan kayu lapis
Pembuatan finner secara mengupas ini dapat memperoleh finner yang halus dan lebar, hingga tidak banyak kayu yang dibuang. Sebuah pisau yang berat dan lebar ditekankan pada batang yang berputar pada sumbunya. Bersamaan dengan berputarnya kayu, pisau mengupas digerakkan beraturan ke arah pusat (hati kayu) bungkah kayu. Pisau panekan A berguna untuk mencegah sobeknya finner saja. Karena kecepatan mesin seolah-olah finner merupakan seperti kertas saja. Mesin ini menghasilkan finner yang tebalnya 2 – 10 mm. Batang-batang yang diperlukan untuk finner ini sebaiknya yang hatinya terletak di tengah-tengah.






c. Menggolongkan kayu lapis berdasarkan mutunya
· Hard Board
- medium hard board : BJ 0,4 – 0,8 ; tebal 4,8 – 12,7 mm
- standard hard board : BJ 0,44 ; tebal 2;3;3,2;4,8 dan 6,4 mm
- super oroil-tempered hard board : BJ diatas 0,44
· Soft Board
- insulation board ; BJ kurang dari 0,4; tebal lebih besar 12 mm
- wall board ; BJ kurang 0,48 ; tebal 8 – 10,5 mm
- aquatic tile
kuat rekat :
(1) Jenis I : adalah kayu lapis yang mempunyai kuat rekat yang tahan terhadap pengaruh air dan cuaca
(2) Jenis II : adalah kayu lapis yang mempunyai kuat rekat yang tahan terhadap pengaruh kelembapan udara
kelas vinir
ukuran; lebar x panjang : 91,5 x 213,5 cm dan 122,0 x 244,0 cm
Tebal kayu lapis
Jumlah kayu lapis
4 dan 6
12 dan 15
18 dan 25
3
6
7
· Toleransi ukuran dan siku
- panjang atau lebar + 3 mm
- tebal : <> 6,0 mm + 3 %
- siku : selisih antara panjang dua diagonal tidak melebihi 0,25 % dari panjang diagonal pendek
· Kadar air maksimum adalah 14 %
Bagian 4
Logam

B. Bahan Bangunan dari Logam
1. Pengertian
Adalah suatu bahan bangunan yang bahan dasarnya dari besi (Fe) atau sejenisnya yang memiliki keteguhan tertentu, yang hakikatnya seperti kekerasan keliatannya, sebagian besar tambahan lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas dari logam tersebut, terutama adalah muutu dan ketahanan dari logam terhadap pengaruh bahan-bahan yang lain.
2. Jenis-jenis Bahan Bangunan Logam
· Besi Beton
· Baja Bangunan
3. Bahan Dasar dari Logam Ferro dan Non-Ferro
g. Logam ferro bahan dasarnya adalah :
· Bijih besi presentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besi itu adalah berupa oksid-oksid besi Fe O dan Fe O atau karbonat besi (FeCO ) yang dinamakan batu besi spat
· Kokas sebagai bahan dasarnya dibuat dari batu bara dengan jalan menyuling kering batu bara itu dalam perusahaan kokas. Bagian-bagian yang terdiri dari gas, ter dan air dikeluarkan dari batu bara oleh suautu proses pemanasan, yang tinggal adalah terutama zat asam dan abu inilah yang dinamakan kokas
· Bahan-bahan tambah gunanya untuk mempersatukan abu kokas dan batu ikutan yang asam (SiO) hingga menjadi terak,yang dengan mudah dapat dipisahkan dari besi mentah yang menjadi cair. Sebagai bahan tambahan dipakai batu kapur (CaCO )
h. Logam non ferro bahan dasarnya adalah :
· Alumunium bahan dasarnya adalah :
- bauksit atau (Al O ) H O berupa tanah liat
- batu manikam atau Al O
- kryolit atau Na AlF
- lebrador
· Tembaga bahan dasarnya adalah : bijih seng yang terdiri dari :
- sulfat tembaga dengan 34 % Cu
- tembaga belerang
- bijih tembaga merah
· Seng bahan dasarnya adalah bijih seng yang terdiri dari sulfit seng (ZnS) dan oksid (ZnO)
· Timah Putih (stannum) bahan dasarnya adalah zinnstein (SnO ) atau cassitent
4. Proses Pembuatan Logam Ferro
Besi dan Baja, bijih-bijih besi didatangkan dari tambang bijih dalam berbagai mutu dan dalam bongkahan yang tak sama besar bercampur dengan batu-batu ikutan. Bijih tersebut dipecah oleh mesin
5. Klasifikasi Bahan Bangunan dari Logam ferro dan Logam Non-Ferro berdasarkan syarat mutunya
C. Baja sebagai Bahan Bangunan

Bagian 5
Batuan

A. Batu Alam
2. Proses Pembentukan Batuan
a) Batuan Beku
Berasal dari lava gunung berapi berupa cairan panas terkena proses pendinginan alamiah, maka lambat laun menjadi beku, pada saat itu mineral-mineral yang terkendung di dalamnya berkesempatan membentuk kristal-kristal, contohnya dapat ditemukan pada batuan, granit, syenit diotit, dan gabro
b) Batuan Sedimen
Proses pembentukannya dari pelapukan dan hancuran bebatuan yang dibawa aliran sungai kemudian mengendap di dasar perairan
c) Batuan Metamorfosis
Proses terjadinya yaitu struktur kristal yang membentukbatuan beku berubah oleh kristalilasi
3. Klasifikasi Jenis batuan
a) Batuan beku/primer/vulkanik/gunung api terbentuk dari intrusi magma seperti granit, syenit, diorit, gabro, labradorit
b) Batuan efusi tua dan muda terdiri dari porfirit, diabas, trakhid, andesit, basalt, fragmental, abu vulkanik, pasir vulkanik, tuf vulkanik, lava tuf, dan batu apung
c) Batuan sedimen/endapan
· Batuan Pragmental ;
- butir-butir lepas (pasir dan kerikil)
- batuan lekatan (pasir silika, pasir kapur, pasir lempung, dan pasir sungai)
- pasir silika
· Asal Hancuran Kimiawi; magnisit, dolomit, gipsum, anhidrit
· Asal Organo genik; batu kapur, batu napal, batu kapur berpori dan diatomit
· Batuan metamorfosa; genis, lempung, marmer/pualam, kwarsa
4. Batu alam sebagai bahan bangunan
Terbagai atas :
a) Batu Kali, jenis batu yang sering terdapat di dasar kali berasal dari pecahan batu besar dari gunung api kemudian terbawa erosi sungai
b) Batu Gunung, jenis batu yang sering ditemui di daerah pegunungan terdapat dalam gundukan tanah
c) Batu Muka alias batu hias, jenis batu alam yang dipakai untuk pasangan luar sebagai hiasan bukan untuk mendukung beban
5. Batuan alam sebagai agregat beton (pasir dan kerikil)
a) Pasir, jika pasir dipergunakan sebagai campuran beton maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Pasir tidak boleh tercampur dengan bahan-bahan organik, tanah liat maupun tanah napal
- Pasir tidak boleh mengnadung kersik-belerang, yang dikenal dengan warna emas mengkilap
- Pemakaian pasir laut jika setelah dicuci bersih dari unsur garamnya
- Pasir yang baik untuk pekerjaan beton adalah pasir kuarsa, etapi tidak selalu harus demikian, yang dianjurkan adalah pemakaian pasir berupa butir-butir yang berlainan memiliki berat jenis yang tinggi
b) Kerikil
Sebagai bahan pengisi adukan beton segar dapat dipakai kerikil atau batu pecah/kricak, syaratnya bahan-bahan ini harus mempunyai keteguhan yang sekurang-kurangnya sama dengan adukan betonnya setelah mengeras
6. Syarat Mutu Batu alam sebagai Bahan bangunan
a. Persyaratan Pasir sebagai Bahan Konstruksi
1) Pasir beton harus bersih. Bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan pasir tidak kurang dari 70 %
2) Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5 % berat (kadar lumpur)
3) Angka kehalusan fineses modulus terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji memakai rangkaian ayakan dengan 1,25;2,5;5;10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15 %.
4) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi beton
b. Persyaratan Kerikil sebagai Bahan konstruksi
1) Kekerasan yang ditentukan dengan bejana rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang temus ayakan 2 mm, lebih dari 50 % berat
2) Kadar lumpur maksimum 1% berat
3) Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20 % berat, terutama untuk betom mutu tinggi

B. Keramik
1. Jenis-jenis bahan bangunan keramik
· Bata merah pejal
· Genting Keramik
· Ubin Keramik untuk Lantai
· Alat-alata Saniter
2. Sifat-sifat dan fungsi bahan bangunan keramik
Sifat bahan bangunan keramik, yaitu mempunyai bentuk dan ukuran yang hampir sama satu sama lain, mudah dalam pemasangannya, mempunyai yang merata serta kekerasannya cukup baik, bisa dilihat dalam berbagai macam warna dan bentuk, proses pembuatannya menggunakan teknologi modern
3. Mengenal bahan dasar keramik
Bahan dasar keramik yaitu tanah liat dengan atau tanpa campuran lainnya yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam dalam air.
4. Proses pembuatan keramik
a. bata merah pejal, proses pembuatannya dari penggalian tanahnya, pencampuran dengan air dan bahan-bahan lain dilakukan seluruhnya dengan tangan, dengan cetakan kayu atau pada proses mempergunakan mesin. Dalam cara yang terakhir dapat dipakai :
· cara palstis, dimana ditambahkan banyak air
· cara setengah palstis
· cara setengah kering, dipergunakan mesin press yang berat bagi pembentukannya
b. Genting keramik, proses pembuatannya dari mulai penggalian tanah dan jika berikut pencampurannya dengan air atau bahan-bahan lain samai proses pembentukannya, dapat dikerjakan tenaga mekanis dengan memakai mesin. Untuk pembakarannya bisa digunakan dapur ladang atau dapur tetap.
c. Ubin keramik untuk lantai, proses pembuatannya yaitu, bahan baku keramik tunggal atau campurannya dibakar pada suhu tinggi, mempunyai tebal nominal antara 0,7 – 2 cm. Berpermukaan keras, rata dan bertekstur, berglasir atau tidak
2. Klasifikasi dan syarat bahan bangunan keramik
a. Bata Merah Pejal
- Bentuk standar bata merah adalah prisma segi empat panjang, bersudut siku-siku dan tajam, permukaan rata, dan tidak retak-retak
- Mempunyai ukuran standar sesuai dengan ketentuan persyaratan umum Bahan Bangunan Indonesia 1982
- Mempunyai kekuatan tekan ( tk) sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan pada PUBI-1982
- Tidak boleh mengandung garam
b. Genting Keramik
- Ketetapan ukuran harus sesuai dengan PUBI – 1982
- Pandangan luar, ketetapan bentuk dan kekuatan terhadap beban lentur harus sesuai pada PUBI-1982
- Ketahanan terhadap perembesan air pada pengujian perembesan air, air tidak boleh menetes dari bagian genting dalam waktu 2 jam
c. Ubin Keramik untuk lantai
- Porselen, jenis bahan keramik yang padat, putih atau berwarna, tembus cahaya jika tipis, terbuat dari bahan keramik tunggal atau campuran kaolin, kuarsa, feldsparan dan tanah liat plastis dengan atau tanpa campuran bahan lainnya
- Stoneware, jenis badan keramik yang hampir padat, tidak tembus cahaya, lebih gelap dari porselen, berwarna cerah, dibuat dari bahan baku keramik tunggal ataupun campuran
- Gerabah Keras, jenis bahan keramik yang berpori, keras, tidak tembus cahaya dan dibuat dari bahan baku keramik tunggal atau campuran
3. Syarat ubin keramik untuk lantai
· Tampak permukaan
· Ukuran dan toleransi penyimpangan
· Penyerapan air
· Kesikuan
· Kelurusan sisi
· Kedataran
· Perubahan bentuk karena puntiran
· Ketahanan terhadap gesekan
· Kuat lentur
· Ketahanan terhadap asam dan basa
· Kekerasan
· Ketahanan glasir terhadap retak-retak
· Semuanya mesti memenuhi standar PUBI-1982
Alat-alat saniter persyaratannya adalah harus mempunyai ukuran yang tepat, kedataran yang betul-betul rata dan mudah dalam pemasangannya serta memenuhi syarat PUBI-1982.

Bagian 5
Kaca dan Plastik
A. Kaca
B. Plastik

Bagian
Aspal, Bahan Perekat & Bahan Finishing

A. Aspal

B. Bahan Perekat

C. Bahan Finishing

Bagian 7
Bahan Pasangan Tembok & Penutup Atap

A. Bahan Pasangan Tembok

B. Penutup Atap
Bagian 8
Adukan

Pengertian adukan adalah campuran dari bahan pengikat dengan pasir atau tanpa pozollan ditambah air sehingga membentuk suatu massa pozolan ditambah air dan berfungsi sebagai perekat pada suatu pasangan bata dan sejenisnya.
A. Jenis adukan :
Adukan /perekat kapur ( kapur + pasir )
Perekat tras terdiri dari :
· Perekat tras keras ( kapur + tras )
· Perekat barter tras keras ( kapur + tras + pasir )
Perekat PC terdiri dari PC + pasir
Perekat PC Kapur, terdiri dari PC + tras + pasir
Perekat tras PC terdiri dari PC + tras + pasir
Perekat semen merah, terdiri dari kapur + semen merah + pasir
Perekat lempung, terdiri dari lempung + pasir kersik + tumbuhan-tumbuhan
Menurut keperluan dan pemakaiannya, perekat terbagi dalam :
1. Perekat kedap air
2. Perekat yang besar keteguhannya
3. Perekat untuk pondasi dan tembok atas
4. Perekat untuk plesteran
5. Perekat untuk plesteran siar dan untuk pasangan genting wuwung (bubungan)
6. Perekat untuk memasang ubin
B. Komposisi Bahan Adukan
Perekat kedap air
Untuk mendapatkan perekat kedap air dipergunakan pasir dan PC atau tras dengan perandingan 1 pasir : 1,5 – 2 PC atau tras, bisa juga campuran antara kapur dengan tras. Untuk mengetahui kedap air atau tidaknya sesuatu perekat harus ditentukan benda pada beberapa ruangan udara dalam 1 dm3 dan banyaknya air yang diperoleh untuk mendapatkan campuran tersebut.
Dari suatu pemeriksaan didapat hasil-hasil seperti berikut di bawah ini :



Pengayaan dan Evaluasi

2 comments:

Aditya-QE said...

Materinya bagus banget. Mohon di informasikan lagi tentang Methode Core Drill. Dari mulai tata cara pelaksanaan, Prosedur, Methode, Perhitungan, dan lain-lainnya.
Sebelumnya saya informasikan dahulu, saya bekerja di perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi, semacam pembangunan tower atau BTS. Pekerjaan CME yang paling dominan kami laksanakan adalah pekerjaan pondasi struktur tower tersebut.
Contact Person :
HP : 081519000001
Tlp : 02105210380 ext : 872
email : quality_exe@infratech.co.id
davinchi_181178@yahoo.com
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak atas informasinya
Adityawarman - Quality executive
PT. INFRATECH INDONESIA

Nasyiin said...

Terima kasih sudah sharing ilmunya. Semoga bermanfaat bagi sesama dosen.
Salam